Berangkat Bareng

“Eh, Sal. Itu lo buka handphone gua deh, terus lo buka yang chat dari Zara,” suruh Mahen. Salma yang disuruh pun langsung mengambil handphone milik Mahen yang berada di dalam tasnya.

Tak perlu menggunakan password, karena sudah ada fingerprint Salma di sana. Meskipun mereka saling memiliki fingerprint di handphone masing-masing, bukan berarti mereka dapat membuka handphone salah satu dari mereka tanpa izin. karena bagi mereka, mereka masih memiliki privacy, yang salah satu dari mereka tidak boleh ketahui.

Jika orang-orang akan bertanya, “Emang nggak takut selingkuh, tuh?” Ya… yang penting saling percaya dan jaga hati masing-masing. Tapi balik lagi semua terserah pasangan masing-masing, yang penting harus ada kesepakatan dari dua belah pihak.

Salma membaca pesan dari Zara ips 3, namun tidak ada balasan apapun dari Mahen di sana. “Kok nggak dibales?” tanyanya.

“Ya, males. Lagian nggak deket juga. Oiya, belom cerita ya gua. Dia kadang suka pindah duduk depan aku, terus minta temenin ke kantin atau ke depan gitu. Tapi nggak aku ladenin sih, biar kamu tau aja danb nggak salah paham nanti.”

Salma yang mendengar penjelasan dari Mahendra pun hanya mengangguk, dan menjawab, “Oh.. gapapa, sih. Santai aja, kalo mau nemenin juga gapapa kali, Dra.”

“Nggak, ngapain. Males, ah. Eh, iya, kamu mau main-main dikit tuh maksudnya gimana? aku nggak ngerti.” Dipikir-pikir, Salma pun belum pernah menjelaskan apa yang ia maksud dengan “sedikit bermain-main” nya.

“Belom kepikiran banget, sih. Cuma kalo kamu nggak keberatan, kasih tau aja apa yang dilakuin si zara ke kamu,” jawab Salma. Mahendra hanya menganggukan kepalanya.

Tidak berasa saking asyiknya mereka mengobrol, sekarang mereka sudah sampai di depan sekolah. Mahendra segera memarkirkan mobilnya di tempat parkir mobil.

“Loh, lo kok bareng Mahendra?” baru saja Salma dan Mahendra keluar dari mobil, mereka sudah disambut dengan pertanyaan dari Zara, yang entah kapan datangnya.

Zara bolak-balik menatap mata Salma dan Mahendra. “Kan udah gua bilang, Sal. Bersaing secara sehat, lo nggak ngerti bahasa indonesia, apa, gimana?” tanya Zara dengan intonasi yang sedikit tinggi.

“Masih pagi, udah sana lo ke kelas, Sal,” usir pelan Mahendra, tujuannya agar tidak ada keributan. Pasalnya ini masih pagi, dan tidak enak menjadi tontonan murid lain.

“Lo.” tunjuk Zara kepada Salsa, “Gua tunggu nanti di kantin.” suruhnya.

“Eh, sorry, gua nggak makan di kantin sih. Palingan nanti ke Mall depan, atau engga, ya, go food.” bohong Salma. Tidak, Salma sangat suka makanan kantin, kok. Ini agar terlihat keren aja, sih.

“Udah, gua duluan deh, ya. Lo kalo mau ngomong, sama Mahendra aja, tuh,” ucap Salma, sebelum ia benar-benar meninggalkan parkiran.