Late Deep Talk Night, with kak Diyon.

“Ini kalo ngeringkuk gini, tandanya kenapa?”

Sudah lima menit Diyon di rumah Jihan, tetapi Jihan tidak bergerak sedikit pun dari posisi awalnya. Masih saja meringkuk.

“Kenapa? perutnya sakit? atau kenapa. Cerita, Han. Aku ga bakal ngerti kalo kamu cuma diem aja. Aku ga bisa baca pikiran kamu, Han.” Tanpa sadar, Diyon meninggikan intonasi icaranya.

Ah, sepertinya Diyon sudah sedikit malas dengan sikap Jihan yang selalu seperti ini. Diam, tidak mau membuka suara.

Hiks…

“Kamu… kamu nangis?” Terdengar panik dari suara Diyon. “maaf.” ucap Jihan, disela-sela tangisannya.

“Tadi aku dimarahin, terus nilai aku jelek. Terus bunda malah diem aja, bikin aku makin takut. Kamu… kamu juga malah ikut marah. Maaf… maafin aku nyusahin.” Bukannya mereda, tangisan Jihan malah semakin kencang.

Tanpa menunggu lama, Diyon segera memeluk kekasihnya. Tidak ada obrolan apapu, dan hanya ada pelukan hangat di antara mereka berdua. Diyon juga sesekali mengelus pelan punggung dan rambut Jihan.

“Cuci muka dulu sana. Terus ambil jaket, langsung turun. Aku tunggu di mobil.” Diyon melepas pelukan tersebut. Mengusap pelan air mata Jihan, dan mengecup singkat kepala Jihan. Lalu pergi ke lantai bawah menuju ke arah luar rumah, dan langsung masuk ke mobilnya.


Langit malam terlihat sangat cantik hari ini. Banyak bintang-bintang yang menghiasi langit malam ini, yang membuat malam tidak terlalu terasa gelap.

Suhu malam ini juga tidak terlalu dingin. Ah, rasanya sangat nyaman malam ini.

“Dingin? mau dikecilin?” tanya Diyon. Mendengarkan itu, Jihan hanya menggelengkan kepalanya. “Ini mau kemana, kak?”

“Tidur dulu aja kalo ngantuk, soalnya masih jauh. Nanti aku bangunin kalo udah nyampe.”

Diyon mengambil selimut yang berada di kursi belakang—selimut ini selalu ada di sana karena Diyon tidak mau Jihan merasa kedinginan di mobilnya—membuka selimutnya, dan memasangkannya ke Jihan.

“Turunin aja kursinya kalo mau,” lanjutnya.

Merasa lelah sudah menangis hampir satu jam, akhirnya Jihan memilih untuk tidur di mobil Diyon, Kekasihnya.


“Jihan...” Diyon mencoba membangunkan wanitanya.

Sebenarnya mereka sudah sampai ditujuan dari sepuluh menit yang lalu. Tetapi Diyon merasa tida tega untuk membangun Jihan yang seperti sangat nyenyak di dalam tidurnya.

“Sayang,” panggilnya lagi masih mecoba. Tidak lupa Diyon juga mengelus pelan pipi Jihan.

“Eum...” Jihan menggeliat pelan. “Udah sampe, kak?” tanyanya dengan mata masih tertutup dan suara seraknya, khas bangun tidur.

Bukannya menjawab, Diyon malah asyik melihat Jihan yang seperti kebingungan melihat ke kanan dan ke kiri. Bingung, ia lagi dimana