Pertama,
“Gila, dah. Gue kagak dipesenin makanan ini?” tanya Jeno, yang baru saja balik dari ruang guru.
“Pesen sendiri dah, sana. Oiya, sekalian nitip minum. Haus banget anjrit, lupa gua tadi beli,” jawab Haechan.
Tadi, setelah Haechan mampir ke kelas XII IPS 3 untuk menjemput Jaemin, mereka langsung ke kantin yang di mana sudah ada Renjun di sana menunggu teman-temannya datang.
“Dih, ogah. Tuh, suruh temen lu aja yang dari tadi udah duduk.”
“NAH, IYA, JUN. CEPET, JUN, BELIIN GUE MINUM. SERET BAT SERET NI TENGGOROKAN.”
“Kenapa jadi gue, anjing,” balas Renjun dengan tidak terima.
“Yaelah, sekali-sekali juga, sih. Lo ga pernah 'kan beliin kita minum. Lo nyuruh-nyuruh mulu dari dulu,” ucap Haechan, yang masih tekat pada pendiriannya untuk menyuruh Renjun membelikan minuman untuknya.
“Aelah. Yaudah, mana sini duit lo.” Akhirnya mau tidak mau, Renjun tetap membelikan Haechan minuman.
“Widih... akhirnya ngga, sih. Pertama kali, seorang Huang Renjun mau disuruh-suruh, haha.”
“Anjing, cepetan mana sini duit lo,” pinta Renjun, lagi. Yang setelahnya Haechan pun memberikan duitnya kepada Renjun.
Saat membeli minum, tidak ada hal special untul Renjun. seperti siswa biasa yang sedang membeli minuman sambil mengantri,
Tapi tidak bagi siswi yang berada tepat di belakang Renjun. Zidya. Iya, ada Zidya dibelakang Renjun tanpa sepengetahuan Renjun.