Harsa segera turun dengan sedikit berlari agar tidak membuat orang di depan rumahnya itu menunggu terlalu lama. “Iya, sebentar.”

setelah berada di depan, Harsa langsung membuka pintu tersebut. “Iya, siapa ya?” tanya harsa kepada seseorang di depannya itu, harsa tidak dapat melihat wajahnya karena seseorang itu menghadap ke belakang.

“Hi, sayang.”

Harsa sangat terkejut melihat siapa yang berada di depan pintu rumahnya saat ini. Iya Qilla, Qilla kekasihnya.

“Hehe maaf, ya, aku telat banget, tadi naik kereta dulu soalnya jadinya lama. Kuenya juga agak mencair deh ini, tapi gapapa ya, sa? ini tiup dulu. Jangan lupa berdoa!” ucap Qila, dengan kue di tangannya bertulisan “happy birthday Harsa” lalu menyuruhnya untuk segera meniup lilinnya, agar tidak cepat meleleh.

Harsa segera meniup lilin di depannya dengan keadaan masih setengah sadar, tidak menyangka gadisnya akan berada di depannya sekarang.

“Yeay! aku taruh di kursi dulu, ya.” Qilla segera menaruh kue tersebut di kursi sebelahnya.

“Selamat ulang tahun, Harsa Bumi Kallandra. Tahun ini kamu udah 21 tahun, udah mulai dewasa, ya. Engga nyangka kita sudah mau tiga tahun bareng-bareng. Dari kita masih di rok abu-abu, sampe kita udah kuliah sekarang.

“Kamu gak pernah berubah, sa. Selalu menjadi laki-laki yang aku kagumi setelah ayah. Aku selalu suka bagaimana cara kamu menjaga dan memperlakukan aku sebagai wanita. Aku beruntung bisa kenal, dan menjadi wanita kamu saat ini.

“Walaupun kamu suka sedikit konyol, tapi kamu sangat pintar menempatkan waktu dimana kamu harus serius dan kapan kamu bisa bercanda kayak gitu. Aku tau kamu selama ini udah melewati waktu yang sangat sulit, kan? kamu selalu mau menjadi lelaki yang kuat di depan aku, padahal menjadi lemah itu gapapa loh, sa.

“Aku bakal siap menjadi sandaran kamu kapan aja, kayak gimana kamu selalu nenangin aku kalau aku lagi sedih. Nanti aku puk-pukin kepala kamu kayak gini,” ucap Qilla sambil mencontohkan bagaimana Harsa akan menepuk pelan dan mengusap kepalanya kalau ia sedang tidak baik-baik saja.

“Makasih, ya, Harsa sudah bertahan sampai sekarang, kamu keren, sa. Kamu hebat sudah berjalan sampai sekarang, tetap begini terus, ya, sa. Aku... aku udah nyaman banget sama kamu, aku belum sanggup kalau harus berpisah dan memulai yang baru dengan yang lain.

“Terakhir, aku sayang kamu. Aku selalu berterima kasih kepada tuhan telah mempertemukan kita, dan aku berdoa agar tuhan akan tetap menyatukan kita sampai nanti. bertua bersama, ya, sa? tolong jangan terlalu mudah bosan dan meninggalkan aku yang lemah ini ya.”

Harsa langsung memeluk Qilla tanpa mengeluarkan kata sedikitpun. Harsa sesekali mengusap punggung Qilla, atau juga mengusap kepala Qilla pelan dengan kepalanya di pundak Qilla.

Qilla dan Harsa sudah bersama sejak SMA kelas tiga. Tetapi, sayangnya Qilla dan Harsa harus berpisah. Qilla harus pindah ke Jakarta bersama keluarganya. Tetapi, itu tidak menjadi alasan mereka untuk mengakhiri hubungannya, sebisa mungkin mereka menjaga hubungan mereka dengan baik.

Walaupun tidak selalu menghubungi 24 jam, karena mereka berdua tau kalau mereka sama-sama sibuk dan waktu mereka tidak selalu untuk satu sama lain.

Mereka kadang baru mengabari satu sama lain saat malam hari, menanyai kabar mereka hari itu, menceritakan semua hal yang terjadi hari itu, dan mengeluh bersama bagaimana capeknya mereka hari itu.

Menurut mereka, ldr tidak membuat hubungan mereka renggang. yang penting dalam hubungan, harus saling yakin, percaya, dan saling jujur.

“Makasih, banyak, Qilla. Kamu juga tau aku sayang banget sama kamu, kan?” akhirnya setelah lima menit mereka hanya berpelukan di depan rumah, Harsa kembali membuka percakapan.

“Aduh anak muda, ada Qilla, ya? masuk qill sini. Kangen bunda sama kamu, udah lama gak ketemu,*” ucap bunda Harsa, yang membuat qilla secepat mungkin melepaskan pelukannya.

Tidak enak, pikirnya.

“Eh, bunda, ini ada oleh-oleh dari Jakarta. Ada salam juga dari ibu, ada makanan kesukaan bunda juga, loh. Adek ada bun? aku bawain barang yang adek mau juga kemarin,* ucap Qilla, sambil menunjukan barang dan makanan yang ia bawa dari Jakarta.

“Ada tuh sih adek di kamar, panggil aja nanti. Aduh, tapi qill ini banyak banget, bawa masuk aja sini. Bunda juga lagi masak, kamu nanti makan dulu yaa. Sini-sini, qill, aduh peluk dulu deh. Kangen banget bunda sama kamu.*”

“Yah.... udah ini, mah, aku didiemin. Bunda kalo ketemu Qilla, akunya dicuekin. kan aku mau pacaran sama Qilla nda,*” rengek Harsa dengan perasaan sedikit cemburu.

Karena jika bundanya sudah bertemu Qilla, maka bundanya akan mengajak Qilla mengobrol hingga malam dan tidak membiarkan Harsa mengambil Qilla darinya.

“Pacaran mulu. Tuh, panggil dulu adekmu, tuh. Udah, ah, hari ini Qilla buat bunda dulu. Kami besok aja, Qilla agak lama kan di sini, nak?” tanya sang bunda, dan diangguki oleh Qilla.

Begitulah keadaan rumah harsa hari ini, tapi bagaimanapun harsa sangat bahagia. Masih diberi kesempatan untuk melihat keluarganya dan kekasihnya di hari ulang tahunnya, tahun ini.

Harsa berdoa agar ia diberi umur panjang, agar ia bisa membahagiakan dan melihat orang-orang yang disayangnya ini.