Sangking paniknya, Mahendra sampai tidak ke kantin sekarang. Ia masih memikirkan, apa yang sedang terjadi dengan kekasihnya, Salma.

yaudah ntar pas balik aja, semoga lo gapapa ya, sal, batin Mahendra.

Mahendra sangat fokus dengan Handphonenya, sehingga tidak sadar sudah ada yang mengisi bangku di depannya.

Ya, ada Zara di sana.

“Hi, Hen.” yang dipanggil cukup kaget dengan sapaan yang tiba-tiba itu. “Oh, lo di sini.”

“Iya, eh Salma ngga masuk ya? tadi gua ngajak ketemuan gitu, tapi ngga dibales, padahal gua udah nunggu lama-lama loh, Hen. Panas lagi, parah ya si Salma?”

Terlihat ekspresi bingung dari Mahendra, “Lo ngapain ngajak ketemuan Salma?”

“Eh, oh, itu apa, pengen ngajak makan bareng tadinya, eh malah ngga dibales, dan bikin gue nunggu,” ucapnya dengan seolah-olah, ia sangat tersakiti di sana.

“Semalem gua chat juga, sih. Tapi ngga dibales juga, padahal kan ya, hen, gua tuh mau—”

“Lo semalem chat Salma?” belum sempat Zara menyelesaikan perkataanya, Mahen sudah lebih dahulu memotongnya.

tiga detik, empat detik, lima detik, tidak ada balasan apapun dari Zara. “Jawab, lo chat Salma semalem?” tanyanya, dengan sedikit emosi.

“Hah, oh… iya. Tapi ngga tau kok ngga dibales ya, padahal gua baik-baik loh chatnya tapi—”

Lagi, Mahen tidak membiarkan Zara menyelesaikan perkataanya. Ia langsung mengambil tasnya, dan pergi ke arah luas kelas. Meninggalakan Zara yang masih bingung di sana.